cara cepat dapat duit

Jumat, 03 Juni 2016

PSIKOLOGI AGAMA

contoh makalah 
 PROBLEMA DAN JIWA KEAGAAMAAN

A.    Sikap Agama dan Pola Tingkah Laku
Menurut Prof. Dr. Mar’at, meskipun belum lengkap Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengertian mengenai sikap. Dari 13 pengertian itu dapat dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut adalah bahwa:
1.    Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus-menerus dengan lingkungan (attitudes are learned).
2.    Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia,wawasan, peristiwa ataupun ide (attitudes have referent).
3.    Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, sekolah, tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan (attitudes are social learnings).
4.    Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek (attitudes have readiness to respond).
5.    Baian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan afektif, seperti yang tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negatif atau ragu (attitudes are affective).
6.    Sikap memiliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau lemah (attitudess are very intensive).
7.    Sikap bergantung kepada situasi dan watu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan di saat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok (attitudes have a time dimension).
8.    Sikap dapat bersifat relatif consistent dalam sejarah hidup individu (attitudes have duration factor),
9.    Sikap merupakan bagia dari konteks persepsi ataupun kognisi individu (attitudes are complex).
Jalaluddin, Psikologi Agama, ,(PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta,2009), Hal 255


10.     Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan (attitudes are evaluations)

11.     Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tida memadai (attitudes are inferred).
Rumusan tersebut menunjukkan bahwa sikap merupakan predisposisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Dengan demikian, sikap merupakan interaksi dari komponen-komponen tersebut secara kompleks.
Bagaimana bentuk sikap keagamaan seseorang dapat dilihat seberapa jauh keterkaitan komponen kognisi, afeksi, dan konasi seseorang dengan masalh-masalah yang menyangkut agama. Hubungan tersebut jelasnya tidak ditentukanoleh hubungan sesaat, melainkan sebagai hubungan proses, sebab, pembentukan sikap melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman. Dan pembentukan sikap itu sendiri ternyata tida semata-mata tergantung sepenuhnya kepada faktor eksternal, melainkan juga dipengaruhi oleh kondisi faktor internal seseorang. Reaksi yang timbul dari sikap tertentu terhadap objek ditentukan oleh pengauh faal, kepribadian, dan faktor eksternal: situasi, pengalaman dan hambatan. Menurut pandangan psikologi, sikap mengandung unsur penilaian dan reaksi afektif sehingga menghasilkan motif. Motif menentukan tingkah laku nyata ( overt behavior) sedangkan, reaksi afektif bersifat tertutup (cover).
Mata rantai hubungan antara sikap dan tingkah laku terjalin dengan hubungan faktor penentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Motif sebagai tenaga pendorong arah sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah laku nyata (overt behavior) pada diri seseorang atau kelompok. Para ahli didik melihat adanya pean sentral para orang tua sebagai pemberi dasar jiwa keagamaan itu. Pengenalan ajaran agama kepada anak sejak usia dini bagaimanapun akan berpengaruh dalam membentuk kesadaran dan pengalaman agama pada diri anak. Karenanya, Rasul menempatkan peran orang tua pada posisi sebagai penentu bagi pembentukan sikap dan pola tingkah laku keagamaan seorang anak. Setiap anak dilahirkan atas fitrah dan tanggung jawab kedua orang tuanyalah untuk menjadikan anak itu Nasrani, Yhudi atau Majusi.
Menurut Gordon Allport, bahwa memang manusia memiliki sifat-sifat dasar atau tabiat yang sama. Sifat-sifat dasar ini ditampilkan dalam sikap yang secara totalitas terlihat sebagai ciri-ciri kepribadian individu dan kemudian terangkum dalam sikap kelompok. Adanya perbedaan individu pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan situasi lingkungan yang dihadapi masing-masing.
Jalaluddin, Psikologi Agama, ,(PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta,2009), Hal  258-259

Menurut saya:
Sikap keagamaan dan pola tingkah laku  adalah perwujudan dari pengalaman dan penghayatan seseorang terhadap agama, dan agama menyangkut persoalan batin seseorang. Persoalan sikap keagamaan dan pola tingkah laku menyangkut tentang tindakan seseorang dalam bertindak dan tidak dapat dipisahkan dari kadar ketaatan seseorang terhadap agamanya.

B.     Sikap Keagamaan yang Menyimpang
Sikap keagamaan yang menyimpang terjadi bila sikap seseorang terhadap kepercayaan dan keyakinan terhadap agama yang dianutnya mengalami perubahan. Perubahan sikap seperti itu dapat terjadi pada orang per orang (dalam diri individu) dan juga pada kelompok atau masyarakat. Sedangkan perubahan sikap itu memiliki tingkat kualitas dan intensitas yang mungkin berbeda dan bergerak scara kontinue dari positif melalui areal netral ke arah negatif.
Sikap kurang toleran, fanatisme, fundamentalis maupun sikap menentang merupakan sikap keagamaan yang menyimpang. Sikap keagamaan yang menyimpang seperti itu merupakan masalah yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan tindakan yang negatif dai tingkat yang terendah  hingga ke tingkat yang palig tinggi, seperti sikap regresif (menarik diri) hingga ke sikap yang demonstratif (unjuk rasa). Sikap menyimpang seperti itu umumnya berpeluang untuk terjadi dalam diri seseorang maupun kelompok pada setiap agama. Masalah yang menyangkut sikap keagamaan ini umumnya tergantung hubungan persepsi seseorang mengenai kepercayaan dan keyakinan. Kepercayaan dan keyakinan merupakan hal yang abstrak sehingga, secara empirik sulit dibuktikan secara nyata mengenai kebenarannya.
Sikap keagamaan yang menyimpang juga bisa termanifestasikan dalam pelanggaran terhadap nilai-nila moral ataupun norma-norma agama. Perilaku penyimpangan ini disebut sebagai tindakan amoral, bahkan bisa meningkat ke tindakan yang mengarah pada”permainan moral” (moral games). Yasrif menyebutnya sebagai moralitas minimalis. Indikatornya :
1.      Tindakan melanggar atau melawan moral (a-morality),
2.      Tindakan “mempermainkan” prinsip atau nilai-nilai moral itu sendiri (immorality).
Pelaku tindak korupsi dapat digolongkan sebagai pribadi yang terjangkit moralitas moralitas.secara harfiah korupsi berarti kebusukan, keburukapenyimpangan dari kesucian, kebejatan, ketidakjujuran,dapat disuap,tida bermoral. Korupsi didefinisikan sebagai penyelewengan atau penggelapan (uang Negara, Perusahaan, dan sebagainya) untuk kepentingan pribadi atau orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990, Hal 462
Tindak korupsi merupakan perbuatan yang akan menimbulkan dampak negatif yang berupa ganda. Dalam Islam perbuatan ini tergolong sebagai fabsy (keji), yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri pelakunya, tetapi juga orang lain. Dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis, pelaku tindak korupsi adalah pribadi yang Egonya dikalahkan Id ( Das Es), Kesadaran dirinya ditundukkan oleh dorongan naluriah. Hanya karena ingin memenuhi kenikmatan hidup dan kesenangan ( pleasure Principle), pelakunya bersedia mengorbankan unsur moral dan keadilan yang ada dalam dirinya (Das Uber Icb). Dalam pendekatan Psikologi, pelaku tindakan korupsi adalah sosok manusia yang telah kehilangan nurani dan kepekaan sosialnya. Gunnar Myrdal  memandang bahwa korupsi tidak pernah membawa akibat positif. Menurutnya akibat buruk korupsi terlihat pada:
a.       Memantap dan memperbesar masalah-masalah yang menyangkut kurangnya hasrat untuk terjun di bidang usaha dan mengenai kurang tumbuhnya pasaran Nasional.
b.      Turunnya martabat pemerintah yang bertendensi membahayakan stabilitas politik.
c.       Turunnya disiplin soial.
Dalam pendekatan Psikologi Agama, pelaku tinda korupsi adalah pribadi yang rapuh, pribadi terbelah (aplit personality) yang mengalami kegamangan hidup. Mudah tersugesti oleh situasi lingkungan. Sosok manusia yang telah kehilangan kegersangan batin, sebagai pemeluk agama, ia telah kehilangan makna hidup, dan merasa kehidupannya tidak bermakna. Hasil korupsi termasuk yang diharamkan, karena bersumber dari perbuatan yang melanggar ajaran agama. Secara materi, makanan dan minuman yang dikonsumsi dari uang hasil korupsi termasuk haram. Saripati makanan dan minuman tadi akan membentuk darah daging yang haram pula. Semuanya itu akan merusak kemurnian fitrah diri. Makanya Rasul mengingatkan:
Siapa yang mengkonsumsi makanan halal, maka seluruh anggotanya akan taat, baik disadari atau tidak. Siapa yang mengkonsumsi makanan haram, maka seluruh anggotanya akan maksiat (tidak taat) baik disadari atau tidak”.
Pakar sosiologi agama ini melihata, bahwa ada hubungan antara tingkat keberagamaan masyarakat dengan perkembangan budaya. Di masyarakat terkebelakang nilai-nilai sakral keagamaan masih menyatu dalam aktivitasa kemasyarakatan.
Jalaluddin, Psikologi Agama, ,(PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta,2009), Hal  263-271
Perilaku menyimpang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan kehidupan sosial dalam masyarakat. Pada masyarakat tradisional, proses penyesuaian sangat kuatdalam masyarakat pedesaan, tradisi dipelihara dan dipertahankan. Warga desa cenderung tida mempunyai pemikiran lain, kecuali menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku yaitu berdasarkan ukuran yang telah dijalankan nenek moyangnya. Masyarakat perkotaan mempunyai kecendrungan berupa menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada. Dengan globalisasi, komunikasi, informasi, dan teknologi, masyarakat kota dimungkinkanpenyimpangan yang lebi besar dibandingkan dengan masyarakat desa. Hal ini terjadi karena setiap individu kurang saling mengenal dan kurang adaya interaksi, sehingga mereka tidak tahu urusan orang lain.
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, Bandung: sinar Baru Algensindo,2001, hlm. 35

Menurut Pendapat Saya:
Sikap keagamaan yang menyimpang adalah sikap yang tidak sesuai dengan norma agama dan nilai agama,keyakinan/ kepercayaan  yang dianut oleh masyarakat atau kelompok



C.    Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan yang Menyimpang
Sikap berfungsi untuk menggugah motif untuk bertingkah laku, baik dalam bentuk tingkah laku nyata (over behavior), maupun tingkah laku tertutup (cover behavior). Dengan demiian, sikap mempengaruhi dua bentuk reaksi seseorang terhadap objek, yaitu dalam bentuk nyata dan terselubung. Karena sikap diperoleh dari hasil belajar atau pengauh lingkungan, maka sikap dapat diubah, walaupun sulit.
Terjadinya sikap keagamaan yang menyimpang berkaitan erat dengan perubahan sikap. Beberapa teori psikologis mengungkapkan mengenai perubahan sikap tersebut, antara lain:

1.         Teori Stimulus dan Respon
Teori ini memandang manusia sebagai organisme menyamakan perubahan sikap dengan proses belajar. Menurut teori ini ada tiga variabel yang mempengaruhi terjadinya perubahansikap, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.
2.         Teori pertimbangan sosial
Teori ini melihat perubahan sikap dari pendekatan psikologi sosial. Menurut teori ini perubahan sikap ditentukan oleh faktor internal yaitu:
a.       Persepsi sosial
b.      Posisi sosial dan proses belajar sosial
Sedangkan faktor eksternal terdiri atas:
a.         Faktor penguatan ( reinforcement)
b.        Komunikasi persuasif
c.         Harapan yang diinginkan
3.         Teori konsistensi
Menurut teori ini perubahan sikap lebih ditentukan oelh faktor intern, yang tujuannya untk menyeimbangkan antara sikap dan perbuatan. Oleh karena itu teori konsistensi ini oleh Fritz Heider disebut balance theory , Osgood dan Tannenbaum menamakan conguity ( keharmonisan), Festinger menyebutkan cognitive dissonance, serta Brohm menamakannya reactance. Walaupun berbeda dalam penanaman, namun intisari dari teori ini adalah bahwa perubahan sikap merupakan proses yang terjadi pada diri seseorang dalam upaya untuk mendapatkan keseimbangan antara sikap dan perbuatan. Dalam kehidupan keagamaan barangkali perubahan sikap ini berhubungan dengan konversi agama. Seseorang yang merasa bahwa apa yang dilakukan sebelumnya adalah keliru, berupaya untuk mempertimbangkan sikapnya. Ada empat fase dalam proses terjadinya perubahan sikap itu , yaitu:
a.       Munculnya persoalan yang dihadapi
b.      Munculnya beberapa pengertian yang harus dipilih
c.       Mengambil keputusan berdasarkan salah satu pengertian yang dipilih
d.      Terjadi kesimbangan
4.         Teori fungsi
Menurut teori ini, perubahan sikap seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan seseorang. Sikap memiliki suatu fungsi untuk menghadapi dunia luar agar individu senantiasa menyesuaikan dengan lingkungan menurut kebutuhannya. Katz berpendapat bahwa sikap memiliki emnpat fungsi yaitu:
a.       Fungsi instrumental
b.      Fungsi pertahanan diri
c.       Fungsi penerima dan pemberi arti
d.      Fungsi nilai ekspresif
Jalaluddin, Psikologi Agama, ,(PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta,2009), Hal 273-277
Teori Differential Assiciation (pergaulan yang berbeda), dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland. Ia berpendapat bahwa penyimpangan bersumber dari pergaulan yang berbeda. Penyimpangan itu terjadi melalui proses alih budaya, yaitu proses mempelajari budaya yang menyimpang. Robet K. Maton mengemukakan teori yang menjelaskan bahwa perilaku menyimpang merupakan penyimpangan melalui strukur sosial. Dalam struktur sosial dijumpai tujuan atau kepentingan. Tujuan tersebut adalah hal-hal yang pantas dan baik.

Menurut pendapat saya:
Faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan seseorang adalah terkait pada perubahan sikap seseorang seperti munafik, sombong, iri, dengki, riya’, tama’ , dll.  Terjadinya perubahan sikap tida berlangsung secara serta merta, melainkan melalui suatu proses penyeimbangan diri dengan lingkungan. Keseimbangan tersebut merupakan penyesuaian diri dengan kebutuhan

PENUTUP
 KESIMPULAN
Problema adalah masalah atau sesuatu yang keluar dari yang sebenarnya, yang sesuai ideal dengan kenyataan. Jiwa beragama adalah keinginana atau kemauan beragama. Jadi, problema jiwa agama adalah masalah berkeinginan dalam beragama. Jenis-jenis problema yaitu: munafik, sombong, iri, dengki, riya’, tama’ agnotisme, konversi agama dan lainnya. Dalam pengertian umum, sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi terhadap objek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan penghayatan individu. Dengan demikian, sikap terbentuk dai hasil belajar dan pengalaman seseorang dan bukan pengaruh bawaan seseorang. Serta tergantung kepada objek tertentu.


DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, Psikologi Agama,2009, PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta

Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, 2001.Sinar Baru Algensindo : Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar