Perkenalkan nama saya hardiantosah, tinggal di Riau. Saya akan mencoba mencontohkan suatu makalah "STRATEGI PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF" sebagai berikut :
MAKALAH
STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF
DALAM RANGKA
MEMENUHI TUGAS MANDIRI
STRATEGI
PEMBELAJARAN
DOSEN PENGAMPU
:
Drs. H. Helmi
D, M.Pd
DISUSUN OLEH :
HARDIANTOSAH
1209.14.07142
MAHASISWI
SEMESTER IV / PAI / A
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha esa, karna atas
berkat rahmat dan karunianya makalah ini bisa terselesaikan dengan baik. Dan
dapat dihadirkan kehadapan kita semua. Salawat dan salam disampaikan kepada nabi muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya, dengan harapan
semoga umatnya dapat mengembangkan proses pembelajaran yang baik.
Selanjutnya disampaikan bahwa makalah
ini hadir memberikan kemudahan kepada
mahasiswa dan masyarakat pada umumnya
memahami proses pembelajaran yang
diterapkan sesuai dengan aturan-aturan
yang ditetapkan oleh undang-undang.
Demikianlah pengantar ini berguna bagi mahasiswa dan dosen atau
yang membaca, makalah ini kami membutuhkan saran dan kritikan untuk membuat
makalah ini menjadi lebih baik. Terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................... i
DAFTAR
ISI ................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah .............................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Pembelajaran Kooperatif ..................................... 1
B.
Karakteristik
Pembelajaran Kooperatif .............................. 2
C.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Kooperatif ........................... 4
D.
Kelebihan
dan Kelemahan Strategi Pembelajaran
Kooperatif .......................................................................... 6
E.
Langkah
Pelaksanaan Strategi pembelajaran .....................
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
........................................................................ 14
B.
Saran
.................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya
kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan atas dasar
prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah kecenderungan itu
didasari atas pertimbangan yang sejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah
karena pertimbangan lain sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat.
Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan
yang ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara kurang adil dan
kurang humanistis. Siswa pandai diberi label unggul dengan segala fasilitas
yang diberikannya, sementara siswa yang di kelas tak unggul memperoleh label
kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada kelompok unggul berkompetisi
secara keras dan cenderung individualistik. Sementara siswa di kelas tidak
unggul merasa tidak mampu, frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu.
Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam
pendidikan kita adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran
konvensional). Pada pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran,
berperan mentransfer dan meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa
tidak perlu mengkonstruksi ide-idenya.
Tingkat
partisipasi siswa sangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru.
Bentuk penugasan dalam pembelajaran ini bersifat individual. Sebagai
konsekuensinya, evaluasi yang diterapkan dikelaspun juga individual. Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun
pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu
keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses
pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa,
diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya
adalah model pembelajaran. Model
pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model
pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan
tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan
alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas
berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Wagitan (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat menjadi salah satu alternatif karena
banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk
kooperatif mampu meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat
mengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk
mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan
antar manusia. Pembelajaran kooperatif
memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan
kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam
kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar
melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dari pembelajaran kooperatif?
2.
Apa
saja unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran kooperatif?
3.
Apa
saja tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif?
4.
Apa
kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
tentang pengertian dari pembelajaran kooperatif.
2.
Mengerti
apa saja unsur-unsur dan karakteristik dari pembelajaran kooperatif.
3.
Mengetahui
tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif.
Mengerti kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran
BAB II
METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
A.
Pembelajaran kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran kooperatif dapat didefenisikan sebagai
sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur.yang termasuk didalam struktur
ini adalah lima unsur pokok (jhonson, 1993: 81), yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal dan
keahlian bekerja sama.
1.
Proses
kelompok
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooverative learning
(pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Cooverative learning
adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah sisswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Anita lie
(1998;27) dalam bukunya “cooperative learning”, bahwa model pembelajaran
kooperatif lerning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada
unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan. Roger dan David Jhonson (dalam Nana;1997:22) mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap kooperatif lerning, untuk itu
harus diterapkan lima unsur model pmbelajaran gotong royong yaitu:
1.
Saling
ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa dengan saling ketergantungan sehingga setiap
anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat
mencapai tujuan mereka.
2.
Tanggung
jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran kooperatif setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran
cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya
sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3.
Tatap
muka
Dalam pembelajaran cooperative learning setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini
akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan
semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghaegai perbedaan, memamfaatkan
kelebihan, dalam mengisi kekurangan.
4.
Komunikasi
antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan bebagai
keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung
pada persediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunukasi dalam kelompok
juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat
bermamfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan
perkembangan mental dan emosional para siswa.
5.
Evaluasi
proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan lebih efektif.[1]
-
Pembelajaran
kooperatif terbukti merupakan pembelajaran yang efektif bagi bermacam-macam
karakteristik dan latar belakang sosial
siswa, karena mampu meningkatkan prestasi akademis siswa, baik bagi
siswa yang berbakat, siswa yang kecakapannya rata-rata mereka, yang tergolong
lambat belajar, mendorong untuk saling menghargai dan menjalin persahabatan di
antara berbagai kelompok siswa bahkan dengan mereka yang berasal dari ras dan
golongan etnis yang berbeda. Pada kenyatannya justru makin berbeda-beda
karakteristik sosial budaya siswa, makin tinggi mamfaat yang akan dicapai oleh
siswa.
Berdasar
berbagai hasil penelitian serta fakta empiris di lapangan, pembelajaran
kooperatif ternyata telah mampu meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam
hal:
a.
Memberikan
kepada sesama siswa untuk saling berbagi informasi kognitif
b.
Memberi
motivasi kepada siswa untuk mempelajari bahan pembelajaran dengan lebih baik
c.
Meyakinkan
siswa untuk mampu membangun pengetahuannya sendiri
d.
Memberikan
masukan informatif
e.
Mengembangkan
keterampilan sosial kelompok yang diperlukan untuk berhasil diluar ruangan
kelas bahkan diluar sekolah[2]
f.
Meningkatkan
interaksi positif antar anggota yang berasal dari berbagai kultur yang berbeda
serta kelompok sosial ekonomi yang berlainan
g.
Meningkatkan
daya ingat siswa karena dalam pembelajaran kooperatif siswa secara langsung
dapat menerapkan kegiatan mengajar siswa yang lain
h.
Mengembangkan
karakter positif para siswa, misalnya kemandirian , berani mengemukakan
pendapat, tanggung jawab, mengambil resiko, terbuka, toleran, menghargai orang
lain, dinamis, kritis, kreattif, logis, dan sebagainya.
Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut:
a.
Semula
siswa ditugasi bekerja berpasangan(dyad)
b.
Salah
satu siswa menyelesaikan tugas yang diberikan,sedangkan siswa, yang kedua,
bertugas sebagai pemandu
c.
Untuk
soal yang kedua, dua orang tersebut kemudian bertukar peran
d.
Jika
mereka berdua selesai dengan kedua soal tersebut, mereka bekerja dengan
kelompok yang lain serta mencocokkan jawabannya
e.
Bila
kedua pasangan tersebut sudah sepakat dengan jawaban yang mereka peroleh,rayakan,
mereka berjabat tangan bersama dan melanjutkan bekerja berpasangan lagi untuk
soal yang lain
B.
Tujuan
pembelajaran cooperative learning
Tujuan
pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan
system kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan
orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran koopratif adalah mnciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya ( Slavin, dalam Suryanti dkk.2008:7)
C.
Model
pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw
Model
pembelajaran koopertif learning teknik jigsaw ini pertama kali dikembangkan dan
diujicobakan oleh Elliot Aronson dan
teman - teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
teman - teman di universitas John Hopkins. Teknik ini dapat digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini,
guru memperhatikan schemataalam atau latar belakang pengalaman siswa dan
memebantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Selain itu, siswa bkerja sama dengan sesame siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untik mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.[3]
A. Unsur-Unsur
dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
1.
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
a. Saling Ketergantungan Positif Saling
ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan
sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang
optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat
materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan
lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan
tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga
ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara
individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru
kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok
yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan
bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa
tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena
tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan
kemampuannya yang dimiliki setiap individu.
c. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para
siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan
dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi
semacam ini memungkinkan siswa dapat sa- ling menjadi sumber belajar sehingga
sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam
belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang memiliki kemampuan harus
dibantu oleh siswa yang lebih mampu me- ngerjakan tugas individu dalam kelompok
tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan.
d. Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif
keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis,
tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat
dalam menjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkan dalam pembelajaran
kooperatif ini. Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali de- ngan
berbagai keterampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,
guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai
keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung
pada kesediaan para anggotanya untuk sa- ling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu diberitahu secara
jelas mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung
perasaan orang lain.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu
khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja
sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu
evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa pembelajar terlibat dalam
kegiatan pembelajaran cooperative
learning.
2.
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
a. Dalam kelompoknya, siswa haruslah
beranggapan bahwa mereka “sehidup
sepenanggungan”.
b. Siswa memiliki tanggung jawab
terhadap siswa lainnya dalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadap diri
mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Siswa haruslah berpandangan bahwa
semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan
berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan
mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam
kelompoknya.
B. Tipe-Tipe dari Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini adalah beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif.
1.
Tipe STAD (Student
Team Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan
teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok
digunakan oleh guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut:
a. Presentasi kelas.
Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru
dengan menggunakan metode pembelajaran.
Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk
mengikuti tes berikutnya.
b. Kerja kelompok.
Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam
kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang
dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok
diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam
memahami materi pelajaran.
c. Tes
Setelah kegiatan presentasi guru dan
kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes,
siswa tidak diperkenankan saling membantu.
d. Peningkatan skor individu.
Setiap anggota kelompok diharapkan
mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.
e. Penghargaan kolompok.
f. Kelompok yang mencapai rata-rata skor
tertinggi, diberikan penghargaan.
2. Tipe Think-Pair-Share
Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas
Maryland pada tahun 1985. Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa
waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai
contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para
siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para
siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh
guru atau apa yang telah dibaca. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
adalah Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau
isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri. Berpasangan
(Pair): Guru meminta para siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi
selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan
telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah
diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan. Berbagi (Share): Pada
langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau
bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka
bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas
dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah
dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor
3. Tipe Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan
diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas, dan
kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.
Arends (1997) dalam bukunya menyimpulkan dengan kutipan Pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain
dalam kelompoknya. ... Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan
model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi
pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok.
4. Tipe NHT (Numbered
Heads Together)
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
heads together (Kepala bernomor) dikembangkan Spencer Kagan. Teknik ini
memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerja sama mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu
setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan
kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi.
Dengan menggunakan model ini, siswa
tidak hanya sekedar paham konsep yang diberikan tetapi juga memiliki kemampuan
untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, belajar mengemukakan pendapat dan
menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat
menguasai konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi,
suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang
mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang
yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan. Adapun langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered heads together antara lain:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/menge-tahui jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor
siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5.
Tipe GI (Group Investigation
Pembelajaran
kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan yang
menyimpulkan
bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium
untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji
masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang
untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu, mengumpulkan
data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis. Tahapan-tahapan dalam menerapkan
pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
a. Tahap
Pengelompokan (Grouping)
Yaitu
tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok
investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini, yang pertama siswa mengamati sumber, memilih
topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan kemudian siswa bergabung pada
kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik
untuk diselidiki, lalu guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara
4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
b.
Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning
atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa
bersama-sama merencanakan tentang: Apa yang mereka pelajari? Bagaimana mereka
belajar? Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?
c.
Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation,
yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa
melakukan kegiatan sebagai berikut: pertama siswa mengumpulkan informasi,
menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan
permasalahan-permasalahan yang diselidiki, kemudian masing-masing anggota kelompok
memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu siswa saling bertukar, berdiskusi,
mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat
d. Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu
tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: pertama anggota kelompok menentukan
pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing, kemudian anggota kelompok merencanakan apa yang akan
mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, lalu wakil dari masing-masing kelompok
membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
e. Tahap
Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan
akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: pertama, penyajian kelompok pada keseluruhan
kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok yang tidak
sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, kemudian pendengar mengevaluasi,
mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang
disajikan.
f.
Tahap Evaluasi (Evaluating)
Pada tahap
evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada
tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: pertama siswa menggabungkan masukan-masukan
tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang
pengalaman-pengalaman efektifnya, kemudian guru dan siswa mengkolaborasi,
mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan penilaian hasil belajar haruslah
mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
C.
Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Kooperatif
1.
Keunggulan Pembelajaran
Kooperatif
a. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari
berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Model pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara
verbal dan mmbandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Model pembelajaran kooperatif dapat
membantu siswa untuk menhargai orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Model pembelajaran kooperatif dapat
memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e. Model pembelajaran kooperatif
merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik
sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap
positif terhadap sekolah.
f. Model pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima
umpan balik. Siswa dapat memecahkan masalah[5]
tanpatakut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung
jawab kelompoknya.
g. Model pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kemampuan siswa mengelola informasi dan kemampuan belajar abs-
trak menjadi nyata.
h. Interaksi selama kooperatif
berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berfikir. Hal
ini berguna untuk pendidikan jangka
panjang.
2.
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif.
a.
Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di-
samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
b.
Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka
dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c.
Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d.
Saat diskusi terkadang didominasi
seseorang, hal ini meng-akibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
e.
Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika anggota
kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat,
mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk
belajar menjadi sia-sia.[6]
belajar
mengajar kooperatif lebih efektif jika menggunakan metode belajar kooperatif
tersebut. Karena metode belajar kooperatif ini akan banyak saling berinteraksi
satu dengan yang lainnya dan lebih banyak bekerjasama dalam kelompok-kelompok
kecil serta memiliki kemampuan dan keberanian untuk mengeluarkan pendapat
Thomson dan Smith dalam (Has, 2005: 9).
kooperatif, adalah :
kooperatif, adalah :
- Positive
independence (saling ketergantungan), Artinya siswa merasa bahwa mereka
saling bergantung secara positif dan saling terkait antar sesama anggota
kelompok, merasa tidak sukses Di dalam pembelajaran kooperatif, ada
beberapa unsur yang terdapat di dalam pembelajaran jika temannya tidak
sukses, unsur ini memiliki prinsip yakni “tenggelam atau berenang
bersama”.
- Individual
accountability (pertanggung jawaban individu), Artinya siswa memiliki
tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang
dihadapi, keberhasilan kelompok tergantung pada keberhasilan individu.
Artinya setiap individu harus aktif terhadap kelompoknya.
- Mereka
semuanya harus memiliki pola pikir bahwa mereka memiliki tujuan yang sama
yakni aktif dalam proses belajar mengajar, dan juga aktif terhadap
kelompoknya.
- Harus
berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para
anggota kelompoknya.
- Diberikan
evaluasi secara individu yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi
seluruh anggota kelompok. [7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling
bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. unsur-unsur pembelajaran
kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, tanggung
jawab perseorangan, komunikasi antar anggota kelompok, evaluasi proses kelompok.
Karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu siswa harus memiliki tujuan yang
sama, rasa saling menolong, saling bertukar pikiran, saling menghargai, saling
membagi tugas, dan dapat dipertanggungjawabkan secara kolompok. Tipe-tipe
pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD (Student Team Achievement Division)
yang dikembangkan oleh Slavin
tahun 1978, tipe Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot Arronson dan temannya tahun 1978, tipe GI (Group
Investigation) oleh Sholomo Sharan
dan temannya tahun 1984, tipe TSP (Think Pair Share), tipe NHT (Numbered Heads Together), tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan, tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition) yang dikembangkan oleh Slavin, Stevans, Madden, dan Farnish,
tipe Make A Match (Membuat Pasangan) dikembangkan oleh Lorna Curran tahun
1994. Keunggulan
model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak ber- gantung kepada guru,
mampu mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan, saling
bertukar pendapat, meningkatkan semangat belajar, siswa menjadi aktif.
Kelemahan model pembela- jaran kooperatif yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih
dari guru untuk mengatur siswadan menyiapkan materi, dapat terjadi perdebatan
kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan temannya, membutuhkan fasili- tas
yang memadai, terjadi perluasan masalah sehingga waktu terbuang sia-sia,
terkadang diskusi didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi pasif.
B.
Saran
Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik meng- gunakan
strategi kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena
dapat membuat siswa lebih cepat menerima daripada meng- gunakan strategi yang
konvensional. Apabila
menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu mem- bimbing siswa dalam
berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam
berdiskusi dan harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau ga- gasan
dari anggota yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sofan Amri,Dan lif Khoiru Ahmadi , konstruksi
pengembngan pembelajaran pengaruhnya
terhadap mekanisme dan praktik kurikulum:PT. Prestasi Pustakaraya (Jakarta : ,2010)
Muchlas Samani dan Hariyanto , pendidikan karakter, PT. Remaja Rosdakarya(bandung:
,2013),
Sofan
Amri dan Lif Khoiru Ahmadi,Konstruksi pengembangan pembelajaran pengaruhnya
terhadap mekanisme dan praktik kurikulum,(Jakarta:PT.prestasi pustakaraya)
Itulah contoh makalah yang dapat saya berikan, semoga kita mendapatkan manfaat berupa ilmu dari makalah tersebut, amminn.
[1] Sofan Amri,Dan lif Khoiru Ahmadi , konstruksi pengembngan
pembelajaran pengaruhnya terhadap mekanisme dan praktik kurikulum:PT. Prestasi
Pustakaraya
(Jakarta : ,2010), hlm 89-92
[2] Muchlas Samani dan Hariyanto , pendidikan karakter, PT. Remaja Rosdakarya(bandung:
,2013), hlm 162-167
[3] Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi,Konstruksi pengembangan
pembelajaran pengaruhnya terhadap mekanisme dan praktik
kurikulum,(Jakarta:PT.prestasi pustakaraya)hlm93-99
[6]https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/21mei2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar