cara cepat dapat duit

Rabu, 01 Juni 2016

Contoh Makalah Strategi Pembelajaran STAI AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN

Perkenalkan nama saya hardiantosah, tinggal di Riau. Saya akan mencoba mencontohkan suatu makalah "STRATEGI PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF" sebagai berikut :

 MAKALAH
STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF
DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MANDIRI
STRATEGI PEMBELAJARAN
DOSEN PENGAMPU :
Drs. H. Helmi D, M.Pd
    

   

DISUSUN  OLEH :
HARDIANTOSAH
1209.14.07142

MAHASISWI SEMESTER IV / PAI / A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2016



KATA  PENGANTAR

     
Puji syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha esa, karna atas berkat rahmat dan karunianya makalah ini bisa terselesaikan dengan baik. Dan dapat dihadirkan kehadapan kita semua. Salawat dan salam  disampaikan kepada nabi muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, dengan harapan  semoga umatnya dapat mengembangkan proses pembelajaran yang baik. Selanjutnya disampaikan  bahwa makalah ini hadir  memberikan kemudahan kepada mahasiswa dan masyarakat  pada umumnya memahami  proses pembelajaran yang diterapkan  sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh undang-undang.
Demikianlah pengantar ini berguna bagi mahasiswa dan dosen atau yang membaca, makalah ini kami membutuhkan saran dan kritikan untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik. Terimakasih.



DAFTAR ISI

KATA  PENGANTAR....................................................................             i
DAFTAR ISI ...................................................................................             ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang....................................................................             1
B.     Rumusan Masalah ..............................................................             1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Defenisi Pembelajaran Kooperatif .....................................             1
B.     Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ..............................             2
C.     Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif ...........................             4
D.    Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran
Kooperatif ..........................................................................             6
E.     Langkah Pelaksanaan Strategi pembelajaran .....................            
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ........................................................................             14       
B.     Saran ..................................................................................             14
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................             15
          



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Adanya kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan atas dasar prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah kecenderungan itu didasari atas pertimbangan yang sejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah karena pertimbangan lain sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat. Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem persekolahan yang ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara kurang adil dan kurang humanistis. Siswa pandai diberi label unggul dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa yang di kelas tak unggul memperoleh label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cenderung individualistik. Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu. Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam pendidikan kita adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran konvensional). Pada pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran, berperan mentransfer dan meneruskan (transmit) informasi sehingga siswa tidak perlu mengkonstruksi ide-idenya.
Tingkat partisipasi siswa sangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru. Bentuk penugasan dalam pembelajaran ini bersifat individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi yang diterapkan dikelaspun juga individual.  Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.  Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.  Wagitan (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu alternatif karena banyak  pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat mengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.  Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari pembelajaran kooperatif?
2.      Apa saja unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran kooperatif?
3.      Apa saja tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui tentang pengertian dari pembelajaran kooperatif.
2.      Mengerti apa saja unsur-unsur dan karakteristik dari pembelajaran   kooperatif.
3.      Mengetahui tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif.
Mengerti kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran



BAB II
METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
A.    Pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran kooperatif dapat didefenisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur.yang termasuk didalam struktur ini adalah lima unsur pokok (jhonson, 1993: 81), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal dan keahlian bekerja sama.
1.   Proses kelompok
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooverative learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Cooverative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah sisswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Anita lie (1998;27) dalam bukunya “cooperative learning”, bahwa model pembelajaran kooperatif lerning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Jhonson (dalam Nana;1997:22) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap kooperatif lerning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pmbelajaran gotong royong yaitu:
1.      Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa dengan saling ketergantungan sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2.      Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3.      Tatap muka
Dalam pembelajaran cooperative learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghaegai perbedaan, memamfaatkan kelebihan, dalam mengisi kekurangan.
4.      Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan bebagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada persediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunukasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermamfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5.      Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.[1]
-
Pembelajaran kooperatif terbukti merupakan pembelajaran yang efektif bagi bermacam-macam karakteristik dan latar belakang sosial  siswa, karena mampu meningkatkan prestasi akademis siswa, baik bagi siswa yang berbakat, siswa yang kecakapannya rata-rata mereka, yang tergolong lambat belajar, mendorong untuk saling menghargai dan menjalin persahabatan di antara berbagai kelompok siswa bahkan dengan mereka yang berasal dari ras dan golongan etnis yang berbeda. Pada kenyatannya justru makin berbeda-beda karakteristik sosial budaya siswa, makin tinggi mamfaat yang akan dicapai oleh siswa.
Berdasar berbagai hasil penelitian serta fakta empiris di lapangan, pembelajaran kooperatif ternyata telah mampu meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam hal:
a.       Memberikan kepada sesama siswa untuk saling berbagi informasi kognitif
b.      Memberi motivasi kepada siswa untuk mempelajari bahan pembelajaran dengan lebih baik
c.       Meyakinkan siswa untuk mampu membangun pengetahuannya sendiri
d.      Memberikan masukan informatif
e.       Mengembangkan keterampilan sosial kelompok yang diperlukan untuk berhasil diluar ruangan kelas bahkan diluar sekolah[2]
f.       Meningkatkan interaksi positif antar anggota yang berasal dari berbagai kultur yang berbeda serta kelompok sosial ekonomi yang berlainan
g.      Meningkatkan daya ingat siswa karena dalam pembelajaran kooperatif siswa secara langsung dapat menerapkan kegiatan mengajar siswa yang lain
h.      Mengembangkan karakter positif para siswa, misalnya kemandirian , berani mengemukakan pendapat, tanggung jawab, mengambil resiko, terbuka, toleran, menghargai orang lain, dinamis, kritis, kreattif, logis, dan sebagainya.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut:
a.       Semula siswa ditugasi bekerja berpasangan(dyad)
b.      Salah satu siswa menyelesaikan tugas yang diberikan,sedangkan siswa, yang kedua, bertugas sebagai pemandu
c.       Untuk soal yang kedua, dua orang tersebut kemudian bertukar peran
d.      Jika mereka berdua selesai dengan kedua soal tersebut, mereka bekerja dengan kelompok yang lain serta mencocokkan jawabannya
e.       Bila kedua pasangan tersebut sudah sepakat dengan jawaban yang mereka peroleh,rayakan, mereka berjabat tangan bersama dan melanjutkan bekerja berpasangan lagi untuk soal yang lain
B.     Tujuan pembelajaran cooperative learning
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan system kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran koopratif adalah mnciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya ( Slavin, dalam Suryanti dkk.2008:7)
C.     Model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw
Model pembelajaran koopertif learning teknik jigsaw ini pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman - teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman - teman di universitas John Hopkins. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan schemataalam atau latar belakang pengalaman siswa dan memebantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bkerja sama dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untik mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.[3]
A.    Unsur-Unsur dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
1.   Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
a.       Saling Ketergantungan Positif Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
b.       Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan  kemampuannya yang dimiliki setiap individu.
c.        Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat sa- ling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang memiliki kemampuan harus dibantu oleh siswa yang lebih mampu me- ngerjakan tugas individu dalam kelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan.
d.       Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini. Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali de- ngan berbagai keterampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk sa- ling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu diberitahu secara jelas mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang lain.
e.        Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

2.   Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
a.       Dalam kelompoknya, siswa haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup     sepenanggungan”.
b.      Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.   
c.       Siswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d.      Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
e.        Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f.       Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g.      Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.

B.      Tipe-Tipe dari Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini adalah beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif.
1.      Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut:

a.       Presentasi kelas.
 Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan  metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.
b.      Kerja kelompok.
 Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
c.       Tes
Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu.
d.      Peningkatan skor individu.
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.
e.       Penghargaan kolompok.
f.        Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan penghargaan.
2.      Tipe Think-Pair-Share
Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah  Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.  Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor
3.      Tipe Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Arends (1997) dalam bukunya menyimpulkan dengan kutipan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. ... Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok.
4.       Tipe NHT (Numbered Heads Together)
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (Kepala bernomor) dikembangkan Spencer Kagan. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi.
Dengan menggunakan model ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep yang diberikan tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together antara lain:
a.       Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b.      Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c.        Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/menge-tahui jawabannya.
d.       Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
e.       Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.[4]
5.       Tipe GI (Group Investigation
Pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan yang menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis. Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
a.      Tahap Pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini, yang pertama siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan kemudian siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, lalu guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
b.      Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: Apa yang mereka pelajari? Bagaimana mereka belajar? Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut? 
c.       Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: pertama siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, kemudian masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat
d.        Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: pertama anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing, kemudian  anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, lalu wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
e.       Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: pertama, penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian,  kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, kemudian pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. 
f.          Tahap Evaluasi (Evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: pertama siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, kemudian guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
C.    Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Kooperatif
1.       Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
a.       Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru,   tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b.      Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan mmbandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c.       Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargai orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d.      Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e.       Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.
f.       Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkan masalah[5] tanpatakut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
g.      Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa mengelola informasi dan kemampuan belajar abs- trak menjadi nyata.
h.      Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang. 
2.       Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif.
a.       Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di- samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
b.      Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c.       Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d.       Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-akibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
e.       Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.[6]
belajar mengajar kooperatif lebih efektif jika menggunakan metode belajar kooperatif tersebut. Karena metode belajar kooperatif ini akan banyak saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan lebih banyak bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil serta memiliki kemampuan dan keberanian untuk mengeluarkan pendapat Thomson dan Smith dalam (Has, 2005: 9).
kooperatif, adalah :
  1. Positive independence (saling ketergantungan), Artinya siswa merasa bahwa mereka saling bergantung secara positif dan saling terkait antar sesama anggota kelompok, merasa tidak sukses Di dalam pembelajaran kooperatif, ada beberapa unsur yang terdapat di dalam pembelajaran jika temannya tidak sukses, unsur ini memiliki prinsip yakni “tenggelam atau berenang bersama”.
  2. Individual accountability (pertanggung jawaban individu), Artinya siswa memiliki tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi, keberhasilan kelompok tergantung pada keberhasilan individu. Artinya setiap individu harus aktif terhadap kelompoknya.
  3. Mereka semuanya harus memiliki pola pikir bahwa mereka memiliki tujuan yang sama yakni aktif dalam proses belajar mengajar, dan juga aktif terhadap kelompoknya.
  4. Harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompoknya.
  5. Diberikan evaluasi secara individu yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. [7]
  

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
 Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar anggota kelompok, evaluasi proses kelompok. Karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu siswa harus memiliki tujuan yang sama, rasa saling menolong, saling bertukar pikiran, saling menghargai, saling membagi tugas, dan dapat dipertanggungjawabkan secara kolompok.  Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang dikembangkan oleh Slavin tahun 1978, tipe Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot Arronson dan temannya tahun 1978, tipe GI (Group Investigation) oleh Sholomo Sharan dan temannya tahun 1984, tipe TSP (Think Pair Share), tipe NHT (Numbered Heads Together), tipe Two Stay Two Stray  (TS-TS) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan, tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) yang dikembangkan oleh Slavin, Stevans, Madden, dan Farnish, tipe Make A Match (Membuat Pasangan) dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994.   Keunggulan model pembelajaran kooperatif yaitu: siswa tidak ber- gantung kepada guru, mampu mengekplorasikan ide dan gagasannya, saling menerima perbedaan, saling bertukar pendapat, meningkatkan semangat belajar, siswa menjadi aktif. Kelemahan model pembela- jaran kooperatif yaitu: dibutuhkan tenaga yang lebih dari guru untuk mengatur siswadan menyiapkan materi, dapat terjadi perdebatan kecil, siswa lebih cenderung bergurau dengan temannya, membutuhkan fasili- tas yang memadai, terjadi perluasan masalah sehingga waktu terbuang sia-sia, terkadang diskusi didominasi seseorang saja sehingga siswa lain menjadi pasif.
B.   Saran
Untuk para pengajar dalam proses pembelajaran lebih baik meng- gunakan strategi kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat siswa lebih cepat menerima daripada meng- gunakan strategi yang konvensional. Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu mem- bimbing siswa dalam berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.   Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau ga- gasan dari anggota yang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Sofan Amri,Dan lif Khoiru Ahmadi , konstruksi pengembngan pembelajaran pengaruhnya      terhadap mekanisme dan praktik kurikulum:PT. Prestasi Pustakaraya  (Jakarta : ,2010)

Muchlas Samani dan Hariyanto , pendidikan  karakter, PT. Remaja Rosdakarya(bandung: ,2013),

Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi,Konstruksi pengembangan pembelajaran pengaruhnya terhadap mekanisme dan praktik kurikulum,(Jakarta:PT.prestasi pustakaraya)







 Itulah contoh makalah yang dapat saya berikan, semoga kita mendapatkan manfaat berupa ilmu dari makalah tersebut, amminn. 





[1] Sofan Amri,Dan lif Khoiru Ahmadi , konstruksi pengembngan pembelajaran pengaruhnya terhadap mekanisme dan praktik kurikulum:PT. Prestasi Pustakaraya
 (Jakarta : ,2010), hlm 89-92

[2] Muchlas Samani dan Hariyanto , pendidikan  karakter, PT. Remaja Rosdakarya(bandung: ,2013), hlm 162-167

[3] Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi,Konstruksi pengembangan pembelajaran pengaruhnya terhadap mekanisme dan praktik kurikulum,(Jakarta:PT.prestasi pustakaraya)hlm93-99                                                                                              


[4] http://abazariant.blogspot.co.id/2012/10/makalah-model-pembelajaran-kooperatif.html21mei16
[5] http://aceholic.blogspot.co.id/2012/10/makalah-strategi-pembelajaran-kooperatif.html
[6]https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/21mei2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar